Kamis, 07 Februari 2019

Keistimewaan dan Keutamaan Tauhid

 

Buah dan Faedah dari Terwujudkannya Tauhid dalam Kehidupan



Tauhid memiliki buah dan faedah yang sangat banyak dan tidak bisa dihitung jumlahnya. Hal ini telah diisyaratkan oleh Allah Ta’ala dalam firmannya,
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ ؛ تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik (yaitu kalimat tauhid, pent.) seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.” (QS. Ibrahim [14]: 24-25)
Baca Juga: Bagaimana Membuktikan Kita Bertauhid Dengan Benar?
Berikut ini hanyalah sebagian kecil dari buah dan faedah dari merealisasikan tauhid dalam kehidupan seorang hamba.
Pertama, semua kebaikan yang diraih oleh seorang hamba baik di dunia maupun di akhirat, begitu juga dengan semua keburukan yang terjauhkan dari seorang hamba baik di dunia maupun di akhirat, adalah karena buah dan pengaruh dari tauhid.
Kalau kita melihat secara lebih detail dan rinci tentang buah dari realisasi tauhid, di antara buah terbesar dari tauhid adalah bahwa tauhid itu membuat amal ibadah menjadi benar dan bernilai di sisi Allah Ta’ala. Tauhid-lah yang menyucikan amal seorang hamba dari noda-noda kemusyrikan. Amal ibadah, sebanyak dan sebesar apapun itu, tidaklah menjadi sah dan bernilai, juga tidak akan diterima dari seorang hamba kecuali dengan tauhid. Kedudukan tauhid bagi amal ibadah seseorang itu bagaikan kedudukan pondasi bagi sebuah bangunan atau bagaikan kedudukan akar bagi sebuah pohon.
Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman,
وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا
“Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh, sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalas dengan baik.” (QS. Al-Isra’ [17]: 19)
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl [16]: 97)
Baca Juga: Pembagian Tauhid Menjadi Tiga, Ide Siapa?
Jadi, tauhid adalah faktor utama yang menyebabkan amal seseorang menjadi sah, benar dan bernilai. Jika seseorang memiliki amal yang banyak dan besar, amal itu tidak akan Allah Ta’ala terima kecuali jika orang tersebut membangun amalnya di atas pondasi tauhid.
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا مَنَعَهُمْ أَنْ تُقْبَلَ مِنْهُمْ نَفَقَاتُهُمْ إِلَّا أَنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ وَبِرَسُولِهِ
“Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya, melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya.” (QS. At-Taubah [9]: 54)
وَمَنْ يَكْفُرْ بِالْإِيمَانِ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Barangsiapa yang kafir sesudah beriman, maka hapuslah amalannya dan dia di hari kiamat termasuk orang-orang merugi.” (QS. Al-Maidah [5]: 5)
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelum kamu, “Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Az-Zumar [39]: 65)
Baca Juga: Membela Kalimat Tauhid dengan Mempelajari, Mengamalkan dan Mendakwahkannya
Kedua, tauhid adalah sebab kemenangan dan ketinggian derajat di dunia dan di akhirat.
Sebagaimana firman Allah Ta’ala,
أُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Baqarah [2]: 5)
Hanya ahli tauhid saja orang-orang yang mendapatkan petunjuk dan orang-orang yang beruntung. Keberuntungan adalah kata yang digunakan untuk menggambarkan terkumpulnya kebaikan. Artinya, orang yang beruntung adalah orang yang mengumpulkan kebaikan dunia dan akhirat. Kebaikan itu tidaklah bisa terkumpul dan diraih kecuali dengan tauhid dan mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah Ta’ala.
Ketiga, tauhid adalah sebab keselamatan dari azab dan murka Allah Ta’ala. Tauhid juga sebab masuk surga Allah Ta’ala. Siapa saja yang bertemu menghadap Allah Ta’ala dalam kondisi bertauhid, niscaya akan masuk surga. Dan siapa saja yang menghadap Allah Ta’ala dalam kondisi berbuat syirik dan belum bertaubat, niscaya dia akan masuk neraka dan kekal di dalamnya. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An-Nisa’ [4]: 48)
Baca Juga: Macam-Macam “Rasa Takut” Dalam Pelajaran Tauhid
Jika seseorang merealisasikan tauhid, namun dia terjerumus dalam dosa dan maksiat selain syirik, maka dia akan selamat dari kekal di neraka. Karena tidaklah menjadi kekal di neraka, kecuali orang-orang musyrik saja. Hal ini sebagaimana terdapat dalam hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
أَمَرَ المَلاَئِكَةَ أَنْ يُخْرِجُوا مِنَ النَّارِ، مَنْ كَانَ لاَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا، مِمَّنْ أَرَادَ اللَّهُ أَنْ يَرْحَمَهُ، مِمَّنْ يَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
“Allah Ta’ala memerintahkan malaikat untuk mengeluarkan dari neraka orang-orang yang tidak berbuat syirik kepada Allah sedikit pun dan orang-orang yang Allah Ta’ala kehendaki untuk mendapatkan rahmat-Nya yaitu orang-orang yang mengucapkan “laa ilaaha illallah”.” (HR. Bukhari no. 7437 dan Muslim no. 182)
Keempat, tauhid adalah sebab terbesar lapangnya hati. Sesuai dengan level kesempurnaan dan kuatnya tauhid dalam diri seseorang, maka sebesar itulah kelapangan hati yang akan didapatkan oleh seorang mukmin.
Allah Ta’ala berfirman,
أَفَمَنْ شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ فَهُوَ عَلَى نُورٍ مِنْ رَبِّهِ
“Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)?” (QS. Az-Zumar [39]: 22)
فَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ وَمَنْ يُرِدْ أَنْ يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاءِ كَذَلِكَ يَجْعَلُ اللَّهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ
“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.” (QS. Al-An’am [6]: 125)
Baca Juga: Cara Istiqamah di atas Tauhid
Hidayah dan tauhid adalah sebab terbesar lapangnya hati. Sebaliknya, syirik adalah sebab terbesar sempitnya hati seseorang.
Kelima, di antara buah dari terwujudnya tauhid adalah Allah Ta’ala menjamin ahli tauhid akan memperoleh kemuliaan dan mendapatkan pertolongan dari Allah Ta’ala di dunia dan juga sebab kokohnya kedudukan mereka di dunia, dan baiknya urusan-urusan mereka.
Allah Ta’ala berfirman,
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang Telah diridai-Nya untuk mereka, dan dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.(QS. An-Nuur [22]: 55)
Baca Juga: Inilah Konsekuensi Kalimat Tauhid Laa Ilaaha Illallah
Keenam, tauhid akan membuka pintu kebaikan, kebahagiaan, kelezatan, kegembiraan dan ketenangan. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’du [13]: 28)
فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَى ؛ وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى
“Maka jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. (QS. Thaaha [20]: 123-124)
Inilah akhir dari pembahasan singkat dari materi yang sangat agung ini, yaitu tentang tauhid. Semoga Allah Ta’ala memberikan hidayah dan petunjuk-Nya kepada kita semua sehingga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang merealisasikan tauhid dalam setiap sisi kehidupan kita di dunia ini.

Share:

0 komentar:

Posting Komentar